Lebak – Tiga perusahaan yang bergerak di bidang tambak udang di Kampung Duraen, Desa Muhara, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak dituding merusak ekosistem laut dan hutan lindung. Perusahaan milik warga Tionghoa tersebut juga dinilai menghilangkan sepadan pantai yang dijadikan sebagai tambak.
Ketua Komisi l DPRD Lebak, Muhamad Arif menyatakan, dirinya bersama anggota dewan lainnya mendapat aduan dari masyarakat sekitar terkait aktivitas penambak udang yang menggunakan sepadan pantai. Setelah meninjau, DPRD menemukan banyak kejanggalan, selain sepadan pantai yang habis dikeruk, ketiga perusahaan yang belum diketahui namanya itu belum mengantongi izin.
“Kita sudah tanya dan periksa kelengkapan izin usahanya semuanya tidak mengantongi. Dari tiga perusahaan, hanya satu saja yang memiliki IMB,” kata Arif, kepada awak media, Selasa (11/4/2017).
Soleh, anggota DPRD Lebak lainnya menambahkan, keberadaan tambak udang jelas merusak ekosistem. Apalagi, limbah yang mengandung bahan kimia dibuang ke laut.
“Aktivitas mereka sudah hampir satu tahun, dan selama itu masyarakat tidak bisa berbuat banyak karena didalamnya dibekingi oknum pejabat di lingkungan Pemkab Lebak,” ujar Soleh yang enggan menyebut nama pejabat yang dimaksud.
Sementara itu, Camat Wanasalam, Karnaen saat dihubungi membenarkan jika perusahaan tambak udang tersebut telah melanggar aturan dan merusak hutan lindung yang ada disekitarnya. Ia mengaku, sudah menegur secara langsung kepada manajemen agar mengembalikan lagi sepadan pantai seperti semula yang kini sudah mereka keruk dan hilang.
“Kita sudah menghentikan akitivitasnya dan memerintahkan agar sepadan pantai atau hutan lindung dikembalikan seperti semula,” terangnya.(Zie)
