Pandeglang – Kabupaten Pandeglang sejauh ini masih berstatus daerah tertinggal. Namun, tak lama lagi kabupaten ini akan memasuki era persaingan global dengan ditetapkannya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung. Lalu siapkah warga Pandeglang menerima perubahan yang sudah di depan mata?.
Tak ada pilihan lain, warga Pandeglang harus siap jika tak ingin menjadi penonton di tengah perubahan cepat yang akan segera terjadi. Kreativitas menjadi senjata utama utama supaya mampu menjadi pelaku-pelaku usaha lokal yang berdaya saing.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Liwungan Island mencoba menangkap sinyal perubahan itu dengan energi kreatif. Sekumpulan anak muda yang tergabung di dalamnya mencipta karya meski dengan sumber daya yang terbatas.
Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang merupakan desa penyangga KEK Tanjung Lesung. Desa ini menjadi desa paling ujung dalam wilayah administrtaif di kabupaten yang dipimpin bupati cantik Irna Narulita.
Meski Pokdarwis Liwungan Island baru terbentuk satu tahun lalu, beragam karya hasil kerajinan tangan mereka telah menjelajah berbagai wilayah. Kerajinan tangan yang diolah dari limbah kau dan kerang karya Pokdarwis Liwungan Island ini cocok untuk souvenir khas Pandeglang.
Salah satu karya para pengrajin di Pokdarwis Liwungan Island adalah miniatur kapal pinisi dan badak cula satu yang merupakan ikon Kabupaten Pandeglang juga Banten. Selain itu, ada juga kerajinan lainnya, seperti kotak tisu dan tempat penyimpanan koran.
Karena masih minimnya modal yang dimiliki mereka, sejauh ini Pokdarwis Liwungan Island hanya memproduksi barang-barang pesanan saja.
Hal itu diungkapkan Ketua Pokdariwis Liwungan Island, Korib (28). Meski didera segala keterbatasan, Korib terus berusaha menjaga semangat para anggota untuk terus berkarya. Tercatat dari 30 anggota yang terdaftar, hanya 10 pemuda saja yang aktif mencipta karya.
“Selama ini perhatian dari pemerintah setempat maupun daerah belum ada respons yang positif. Kita masih kesulitan dalam pemasaran,” kata Korib.
Selain itu, Korib juga mengakui, keterbatasan alat yang serba manual menjadi kendala terbatasnya hasil produksi mereka. Tahapan produksi mulai dari pemotongan kayu sampai pengukiran, sejauh ini masih menggunakan alat-alat yang manual.
“Kita juga kesulitan dari alatnya, soalnya masih menggunakan (alat) manual. Paling juga sehari dapat satu handycraft badak,” keluhnya.
Kreativitas-kreativitas para pemuda di Pandeglang seperti di Pokdarwis Liwungan Island ini, butuh disokong secara maksimal oleh berbagai stake holder terkait. Tujuannya, tentu supaya warga lokal nantinya tidak tersingkir oleh kompetisi global.(Rus)