Ketika Keragaman di Kabupaten Tangerang Direkatkan dengan Tarian Cukin

Date:

 

Mata Nani Mulyani menerawang. Ia himpun segala ingatan 10 tahun silam, ketika dia dan teman-teman seniman lainnya di Kabupaten Tangerang dilanda kegelisahan setelah “ditantang” menciptakan tarian yang merepresentasikan Kabupaten Tangerang yang multietnik.

Tak hanya soal menciptakan tarian, Nani Mulyani dan seniman di Kabupaten Tangerang ingin meneguhkan keberagaman di Kabupaten Tangerang telah terawat sejak kota induk bagi wilayah di Tangerang ini terbentuk.

“Awalnya, saya dan teman-teman seniman Kabupaten Tangerang difasilitasi oleh Disbud (Dinas Kebudayaan pada 2006) untuk membuat garapan tari yang mewakili Kabupaten Tangerang. Kemudian kami mengundang para pelaku seni lainnya di Kabupaten untuk mencari solusinya,” kata Nani kepada Banten Hits awal Desember 2016.

Menurut Nani, yang dimaksud dengan mewakili Kabupaten Tangerang ialah mewakili empat etnis besar yang ada di Kabupaten Tangerang sehingga menjadi khas dan berbeda dengan tarian lainnya.

“Tarian ini mewakili empat etnis yang ada di Kabupaten Tangerang, yaitu Jawa, Sunda, Cina, dan Betawi. Gerakan-gerakan tarinya juga merupakan ungkapan dari empat etnis tersebut. Tidak hanya itu, iringan musik ini pun mewakili dari suasana empat etnis,” jelas Nani.

Setelah melalui pergulatan pemikiran yang panjang dan melelahkan, pada 2006 lahirlah tarian cukin. Tarian ini kemudian disahkan Bupati Tangerang Ismet Iskandar pada 17 Agustus 2016.

Tarian cukin yang menjadi tarian khas Kabupaten Tangerang ini awalnya terdiri dari lima penari putri dan satu penari putra. Seiring perkembangan dan permintaan pertunjukan, tarian ini bisa ditarikan tunggal, bahkan hingga 100 penari. 

Pada 2008, dalam bentuk sosialisasi, tarian ini dikenalkan di 17 kecamatan di Kabupaten Tangerang. Tidak hanya di Kabupaten saja, tari cukin juga sudah sampai mancanegara.

“Sudah sampai ke beberapa negara, Malasyia, Thailand, Beijing, dan Australia. Bahkan mahasiswi dari Australia pernah langsung belajar tari cukin sebanyak 12 orang,” tambahnya.

Nani memaparkan, dirinya memiliki sanggar sejak tahun 1999 dan digunakan untuk latihan tari ini. Bahkan ia sering mengadakan pelatihan untuk guru-guru seni se-Kabupaten Tangerang. 

Namun, sanggar yang berada di Jalan Raya Serpong, Gg. Warga, RT.002/02, No.25, Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong miliknya ini kini sudah tidak aktif lagi. Jika ada permintaan untuk penampilan tarian, maka untuk pelatihannya akan dilakukan di rumahnya di kawasan Kabupaten Tangerang atau bahkan di tempat lain.

Tari cukin selain menjadi ciri khas Kabupaten Tangerang, juga telah menjadi simbolisasi kebhinekaan NKRI. Saat ini tarian ini baru menjadi tarian khas dan masih memerlukan waktu sekitar 10 tahun lagi untuk menjadi tarian tradisional.

“Perlu waktu di atas 10 tahun (untuk menjadi tarian tradisional). Usia tariannya kurang lebih harus 20 tahun, baru bisa jadi tari tradisional,” tutupnya.(Rus)

 

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mau Tahu Ragam Produk Batik Khas Kota Tangerang? Datanglah ke Kampung Batik Kembang Mayang!

Berita Tangerang - Bagi Anda yang ingin mengetahui ragam...

Mengenal Golok Sulangkar Khas Baduy yang Mematikan: Hanya Bisa Dimiliki ‘Orang-orang Terpilih’

Lebak- Kekayaan alam dan budaya baduy memang seksi untuk...

Akhir Pekan Ala Aleg PKS Banten, Blusukan ke Wilayah Pelosok Lebak hingga Turun Ronda

Lebak- Iip Makmur, Anggota DPRD Provinsi Banten memutuskan untuk...

KPJ Rangkasbitung Rilis Lagu saat Pandemi Corona, Judulnya ‘Jangan Mudik Dulu’

Lebak- Kelompok Penyanyi Jalan (KPJ) Rangkasbitung merilis sebuah lagu...