Pandeglang – Keberadaan bagan nelayan di sepanjang Pantai Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang mendapat sorotan Wakil Bupati Pandeglang Tanto Warsono Arban. Menurutnya, keberadaan bagan di tengah upaya pemerintah daerah meningkatkan kunjungan wisatawan akan menurunkan citra Pandeglang sebagai daerah wisata.
Bagan yang pada Festival Tanjung Lesung 2015 lalu dijadikan salah satu perlombaan (Bagan Race) serta diharapkan menjadi ikon baru Banten justru dinilai Tanto merusak pemandangan Pantai Tanjung Lesung yang menjadi bagian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
BACA JUGA: Bagan Race Resmi Jadi Satu Destinasi Wisata di Banten
“Situasi ini memperburuk program strategis pemerintah pusat. Pemandangan Tanjung Lesung terganggu, begitu juga wisatawan yang akan terganggu dengan keberadaan bagan,” kata Tanto, Selasa (31/10/2017)
Kata Tanto, maraknya bagan disebabkan rendahnya kepekaan instansi terkait yang seharusnya bisa membenahi kawasan pantai tersebut.
“DKP dan Dispar tidak peka. Kita punya mimpi, pariwisata Pandeglang bisa sekelas dengan Bali atau Lombok. Tetapi masalah seperti ini saja tidak bisa diatur,” sesal Tanto.
Meski kewenangan kelautan berada di Pemerintah Provinsi Banten. Akan tetapi, sambung Tanto, instansi di kabupaten bisa ikut andil agar keberadaannya tidak semakin marak.
“Jadi perencanaan awal seperti ini harus dilaksanakan karena saat ini kan menjadi tumpang tindih, di saat pemerintah provinsi dan kabupaten fokus ke pariwisata tetapi hal ini malah dibiarkan,” jelasnya.
BACA JUGA: KEK Tanjung Lesung Masih Sulit Bersaing
Lebih lanjut Tanto mengusulkan agar di kawasan tersebut dibuat zonasi yang mengatur aktivitas nelayan. Bukan dalam tujuan membatasi mata pencaharian nelayan, melainkan membenahi sektor wisata yang ditelah ditetapkan pemerintah.
“Nelayan akan mengikuti jika aturannya jelas dan disosialisasikan. Minimal dibantu oleh dinas, tetapi faktanya sampai saat ini tidak ada,” pungkas Tanto.(Nda)